Jumat, 02 Mei 2014

IKAN NILA GESIT ---Bekasi patokan STASIUN CAKUNG

PEMBENIHAN IKAN NILA GESIT

(Genetically Supermale Indonesian of Tilapia)
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
     Sektor perikanan dan kelautan merupakan salah satu sektor ekonomi yang memiliki peranan dalam pembangunan ekonomi nasional, khususnya dalam pe-nyediaan bahan pangan berprotein, perolehan devisa, dan penyediaan lapangan kerja. Salah satu sektor budidaya perikanan darat yang sangat prospektif untuk saat ini hingga akan datang, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun ekspor adalah ikan nila (Anonim, 2011).
     Ikan nila merupakan jenis ikan yang paling cepat pertumbuhannya di-bandingkan ikan lain. Ikan nila dapat tumbuh sampai 1 Kg per ekornya dengan rasa dagingnya yang sangat enak. Ikan ini merupakan ikan favorit bagi para peternak ikan karena nilai jualnya yang tinggi sekaligus pertumbuhannya yang pesat menyebabkan waktu panennya lebih pendek. Ikan nila juga mudah sekali dalam pembudidayaannya, bahkan ikan ini dapat dibudidayakan dengan berbagai macam cara, yaitu dapat menggunakan kolam, jaring apung, atau keramba, di sawah, bahkan di kolam yang berair payau (Tim Karya Tani Mandiri, 2009).
     Salah satu jenis ikan nila yang sekarang banyak dibudidayakan adalah ikan nila gesit (Genetically Supermale Indonesian of Tilapia). Ikan nila gesit di-hasilkan melalui serangkaian riset panjang yang diinisiasi oleh Pusat Teknologi Produksi Pertanian BPPT yang kemudian bekerja sama dengan Fakultas Pe-rikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi di bawah Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP). Melalui kegiatan penelitian yang dilakukan se-cara konsisten dan terus menerus, akhirnya dapat dihasilkan ikan nila jantan super-YY yang telah dilepas oleh Departemen Kelautan dan Perikanan pada tanggal 15 Desember 2006 di Wanayasa, Kabupaten Purwakarta, dengan nama nila gesit (Carman dan Sucipto, 2009).
     Ikan nila gesit yang berkromosom YY apabila dikawinkan dengan betina normalnya (XX), akan menghasilkan keturunan yang seluruhnya berkelamin jantan XY (genetically male tilapia). Karena pertumbuhan ikan nila jantan lebih cepat, maka hal ini menjadi jawaban untuk efisiensi usaha budidaya ikan nila, guna memenuhi permintaan pasar lokal dan ekspor. Pertumbuhan nila gesit dapat mencapai 1,6 kali lebih cepat dibanding nila biasa ( Anonim, 2011).
 
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Asal Usul Nila Gesit
      Selain sudah memasyarakat, pengembangbiakan ikan nila relatif mudah di-bandingkan dengan ikan air tawar lainnya, seperti ikan mas dan gurame. Dalam proses budidaya secara alami dihasilkan rasio jantan dan betina adalah 60:40, se-hingga usaha budidaya ikan nila diarahkan pada produksi ikan berkelamin jantan alias monosex.
      Ikan nila gesit dihasilkan melalui serangkaian riset panjang yang diinisiasi oleh Pusat Teknologi Produksi Pertanian BPPT yang kemudian bekerja sama dengan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Balai Besar Pengembangan Budi Daya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi di bawah Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP). Melalui kegiatan penelitian yang dilakukan secara konsisten dan terus menerus, akhirnya dapat dihasilkan ikan nila jantan super-YY yang telah dilepas oleh Departemen Kelautan dan Perikanan pada tanggal 15 Desember 2006 di Wanayasa, Kabupaten Purwakarta, dengan nama nila gesit (Carman dan Sucipto, 2009).
     Teknologi produksi ikan nila gesit merupakan inovasi teknologi perbaikan genetik untuk menghasilkan keturunan ikan nila yang berkelamin jantan melalui program pengembangbiakan yang menggabungkan teknik feminisasi dan uji pro-geni untuk nila jantan yang memiliki kromosom YY (YY genotypes). Ikan nila jantan dengan kromosom YY atau ikan nila gesit apabila dikawinkan dengan betina normalnya (XX), akan menghasilkan keturunan yang seluruhnya ber-kelamin jantan XY (genetically male tilapia).

2.2. Klasifikasi dan Morfologi Nila
     Dari ilmu taksonomi diketahui nila masih satu marga (genus) dengan ikan mujahir, yaitu Oreochromis. Ikan nila termasuk ordo (bangsa) : Percomorphi, Sub ordo : Percoidea, Famili : Cichlidae, Genus : Oreochromis, dan Spesies : Oreochromis Niloticus. Ikan nila memiliki bentuk tubuh yang memanjang dan ramping dengan sisik-sisik berukuran besar. Perbandingan panjang terhadap tinggi tubuh adalah 3:1. Pada sirip punggung, sirip perut, dan sirip ekor terdapat jari-jari lemah tetapi keras dan tajam seperti duri. Sirip dada dan sirip ekor tidak memiliki jari-jari seperti duri. Matanya berukuran besar dan menonjol dengan tepi berwarna putih. Gurat sisi (línea lateralis) terputus di bagian tengah tubuh, kemudian berlanjut lagi tetapi letaknya lebih ke bawah dibanding garis me-manjang di atas sirip dada. Jumlah sisik pada gurat sisi ada 34 buah. Terdapat pola garis vertikal, 6 buah pada sirip ekor, 8 buah pada sirip punggung, dan 8 buah pada tubuh (Ciptanto, 2010).
2.3. Habitat dan Kebiasaan Hidup
      Habitat ikan nila adalah di air tawar, seperti sungai, danau, waduk, dan rawa-rawa, tetapi karena toleransinya yang luas terhadap salinitas (euryhaline) sehingga dapat pula hidup dengan baik di air payau dan laut. Menurut Kordi (2010), salinitas yang cocok untuk nila adalah 0 – 35 ppt (part per thousand), namun salinitas yang memungkinkan nila tumbuh optimal adalah 0-30 ppt. Sedangkan menurut Tim Karya Tani Mandiri (2009), salinitas yang maksimal untuk pertumbuhan ikan nila yang baik adalah 0-29 ppt. Ikan nila masih dapat hidup pada salinitas 31-35 ppt, tetapi pertumbuhannya lambat ( Kordi, 2010).
      Selain itu, pH air yang cocok dalam budidaya ikan nila adalah 6-8,5, namun pertumbuhan optimalnya terjadi pada pH 7-8. Nilai pH yang masih ditolelir nila adalah 5-11. Suhu optimal untuk pertumbuhan nila antara 250C-300C. Pada suhu 220C, nila masih dapat memijah, begitu pula pada suhu 370C. Pada suhu dibawah 140C atau lebih dari 380C, nila mulai terganggu. Suhu mematikan berada pada 60C dan 420C. Ikan nila juga dapat hidup pada perairan dengan kandungan oksigen minim, kurang dari 3 ppm (part per million). Oleh karena itu, ikan ini dapat dipelihara di kolam tadah hujan dan air tergenang lain yang minim oksigen, termasuk di kolam terpal. Untuk pertumbuhan optimalnya, nila membutuhkan perairan dengan kandungan oksigen minimal 3 ppm (Kordi, 2010).
2.4. Makanan dan Kebiasaan Makan
      Ikan nila termasuk dalam ikan pemakan segala atau omnívora. Ikan ini dapat berkembang biak dengan aneka makanan, baik hewani maupun nabati. Ikan nila saat ia masih benih, pakannya adalah plankton dan lumut sedangkan jika sudah dewasa akan diberi makanan tambahan, seperti pelet dan daun talas (Tim Karya Tani Mandiri, 2009). Menurut Kordi (2010), untuk pemeliharaan ikan nila,diberikan pakan buatan (pellet) yang mengandung protein antara 20-25 %. Menurut penelitian, nila yang diberikan pellet yang mengandung 25 % protein akan tumbuh optimal. Untuk memacu pertumbuhan ikan nila, pakan yang di-berikan hendaknya mengandung protein 25-35 %.
    Dari pemeriksaan labolatoris, pada perut nila ditemukan berbagai macam jasad, seperti Soelastrum, Scenedesmus, Dictiota, Oligochaeta, larva Chironomus, dan sebagainya. Ternyata kebiasaan makan nila berbeda sesuai dengan tingkatan umurnya. Benih ikan lebih suka memakan zooplankton, seperti Rototaria, Copepoda, dan Clodocera. Ikan dewasa memiliki kemampuan mengumpulkan makanan di perairan dengan bantuan mucus (lendir) dalam mulutnya. Makanan tersebut membentuk gumpalan partikel sehingga tidak mudah keluar. Ikan-ikan kecil diperairan alami mencari makanan di bagian perairan yang dangkal, sedangkan ikan-ikan yang berukuran lebih besar mencari makan di perairan yang dalam (Kordi, 2010).
2.5. Kebiasaan Berkembangbiak
     Ikan nila dapat mencapai dewasa pada umur 4-5 bulan dan ia akan mencapai pertumbuhan maksimal untuk melahirkan sampai berumur 1,5-2 tahun. Secara alami, nila biasanya memijah setelah turun hujan. Bila tiba saatnya memijah, induk jantan membuat sarang berbentuk cekungan di dasar perairan yang diameternya sekitar 30-50 cm, kemudian induk jantan “menjemput” (menggiring) induk betina pasangannya masuk ke dalam sarang. Induk betina akan menge-luarkan telur dan pada saat yang sama induk jantan mengeluarkan sperma, sehingga terjadi pembuahan di dasar sarang. Menurut Kordi (2010), telur ikan nila berbentuk bulat dan berwarna kekuningan dengan diameter sekitar 2,8 mm. Sekali memijah induk betina mengeluarkan telur sebanyak 250-1.500 butir. Sedangkan menurut Arie (2004), telur ikan nila bersifat tenggelam tetapi tidak menempel, dan berwarna kuning dengan diameter telur 2,5-2,8mm. Seekor induk betina dengan berat 600 gram dapat menghasilkan sebanyak 2.000-3.000 butir .
      Ikan ini tergolong jenis ikan mengerami telur (mouth breeder). Pengeraman telur ini dilakukan oleh induk betina sejak telur dibuahi sampai menetas, yaitu selama 6-8 hari. Setelah menetas biasanya larva berukuran 4-6mm diasuh induk betina di pinggir kolam. Bila ada bahaya, induk betina akan menyedot dan menyimpan larva tersebut dalam mulut. larva diasuh induknya hingga kuat berenang dan dapat mencari makan sendiri. Biasanya larva yang kuat berenang berukuran 8-12mm dan memiliki sifat bergerombol. Dalam perkembang-biakannya, ikan nila bersifat poligami, yaitu satu induk jantan dapat mengawini beberapa induk betina. Induk jantan yang sudah pernah memijah dapat mencari pasangannya yang lain. Tanda induk jantan sudah siap memijah adalah tubuhnya tampak bercahaya dan sifatnya agresif (Arie, 2004).
2.6. Pembenihan ikan nila
     Menurut Tim Karya Tani Mandiri (2009), pembenihan ikan nila secara intensif terbagi atas; a) pembuatan kolam, b) pemilihan induk dan penyimpanan, c) pematangan gonad dan telur induk, d) pemijahan dan penetasan telur, e) pemanenan larva.
2.6.1 Pembuatan Kolam
a. Kontruksi kolam
     Kontruksi kolam yang digunakan merupakan penyempurnaan dari kontruksi sebelumnya yang menggunakan pintu monik sebagai outlet. Outlet kolam menggunakan “standing pipe”. Kontruksi tersebut tidak memerlukan kayu papan untuk menutup pintu pengeluaran kolam (outlet). Saat pemanenan, cukup dengan memiringkan pipa sedikit demi sedikit sehingga larva tidak terbawa arus kuat. Kematian larva dan induk pun relative sedikit. Tenaga kerja yang efisien dan efektif, yaitu cukup dua orang untuk kolam dengan luas 800m2. Kontruksi dasar dalam dilengkapi dengan bak yang disebut dengan istilah kobakan berbentuk persegi panjang dengan luas sekitar 0,5 sampai 1,5% dari luas kolam dan tingginya 50-70cm. Kobakan dibuat dekat outlet kolam, dengan fungsi utamanya sebagai tempat berkumpulnya induk dan larva pada saat pemanenan. Saluran dasar kolam (kamalir) dibuat dari inlet hingga ke kobakan yang berfungsi untuk memudahkan induk dan larva dapat berkumpul dalam kobakan pada saat panen.
b. Persiapan kolam untuk pemijahan ikan nila adalah peneplokan/perapihan pematang agar pematang tidak bocor, meratakan dasar kolam dengan kemiringan mengarah ke kamalir, membersihkan bak kobakan, menutup pintu pengeluaran dengan peralon, pemasangan saringan di pintu pemasukan, dan pengisian kolam dengan air. Pemasangan saringan dimaksudkan untuk menghindari masuknya ikan-ikan liar sebagai predator atau kompetitor yang dapat mempengaruhi kuantitas hasil produksi maupun kualitas benih yang dihasilkan.
2.6.2 Pemilihan Induk dan Penyimpanan
2.6.2.1 Pemilihan Induk
      Untuk memilih induk yang baik diperlukan pengalaman. Namun demikian sebagai pedoman praktis, ciri-ciri induk ikan nila yang baik adalah sebagai berikut.
a. Umur antara 4-5 bulan dan bobot 100-150 g. Induk yang paling produktif bobotnya antara 500-600g.
b. Tanda nila jantan, warna badannya lebih gelap dari betina. Bila waktunya mijah, bagian tepi sirip berwarna merah cerah. Sifatnya galak terutama ter-hadap jantan lainnya. Alat kelamin berupa tonjolan (papilla) dibelakang lubang anus. Pada tonjolan itu terdapat satu lubang untuk mengeluarkan sperma. Tulang rahang melebar kebelakang yang memberi kesan kokoh. Bila waktu memijah tiba, sperma yang berwarna putih keluar dengan pengurutan perut ikan ke arah belakang. Sisik nila jantan lebih besar dari pada nila betina. Sisik di bawah dagu dan perut berwarna gelap. Sirip punggung dan ekor ber-garis yang terputus-putus.
c. Tanda nila betina, alat kelaminnya berupa tonjolan di belakang anus. Namun pada tonjolan itu ada 2 lubang. Lubang yang depan untuk mengeluarkan telur, sedang lubang belakang untuk mengeluarkan air seni. Warna tubuh lebih cerah dibandingkan dengan jantan dan gerakkannya lamban. Bila telah mengandung telur yang matang (saat hampir mijah), perutnya tampak membesar. Namun bila perutnya diurut, tidak ada cairan atau telur yang keluar. Sisik di bawah dagu dan perut berwarna putih/cerah. Sirip punggung dan ekor bergaris-garis tidak terputus-putus.
2.6.2.2 Penyimpanan Induk
     Kolam penyimpanan induk dibuat minimum ukuran 2m x 1m, kedalaman 0,75m untuk 2 ekor indukan, dan aliran air minimal 1 L/menit/m2. Pakan di-berikan 3% x bobot total induk, dengan frekuensi pemberian 3 kali sehari. Induk jantan dan betina disimpan secara terpisah. Padat penebaran induk 1 ekor/m2.
2.6.3 Pematangan Gonad dan Telur Induk
     Pematangan gonad dan telur induk merupakan tahap pertama dalam pemijahan benih. Dalam bak penyimpanan, aliran air paling sedikit 0,8L/menit. Induk diberi pakan (pellet), 3% x bobot total induk dan diberikan sebanyak 3 kali sehari yang mengandung protein sebanyak 30-40% dengan kandungan lemak tidak lebih dari 3%. Perlu pula ditambahkan vitamin E dan C yang berasal dari taoge dan daun-daunan/sayuran yang diiris. Kurang lebih 2 minggu kemudian, induk sudah mengalami matang gonad dan telur. Pada saat itu induk sudah dapat dipijahkan. Bobot induk antara 500-600g.
2.6.4 Pemijahan dan Penetasan Telur
      Untuk kolam yang luasnya 100m2 dapat ditebar induk nila sebanyak 90 ekor yang terdiri 30 ekor jantan dan 60 ekor betina. Bila telah mendapatkan pasangan ikan jantan membuat cekungan di dasar kolam sebagai tempat pemijahan. Cekungan berbentuk bulat cekung dengan garis tengah kira-kira 30-50 cm atau tergantung ukuran induk ikan. Setelah cekungan selesai dibuat, pasangan ikan nila melakukan pemijahan pada saat matahari terbenam, selama proses pemijahan, induk betina berada di dalam cekungan. Kemudian induk jantan mendekati induk betina. Pada saat itu induk betina mengeluarkan telurnya. Telur-telur itu ter-simpan dalam cekungan dan dalam waktu yang bersamaan induk jantan menghamburkan spermanya dan terjadilah pembuahan telur (fertilisasi). Pe-lepasan telur terjadi beberapa kali dalam jarak waktu beberapa menit. Waktu yang diperlukan untuk pemijahan kurang lebih 10-15 menit. Sekali bertelur induk nila dapat mengeluarkan telur 300-3000 butir, tergantung berat dan umur induk betina.
     Telur yang telah dibuahi lalu dikulum oleh induk betina di dalam rongga mulut untuk dierami. Selama mengerami telur, induk betina tidak makan sehingga kelihatan kurus. Selesai pemijahan, induk nila jantan pergi meninggalkan induk betina. Beberapa hari kemudian, induk jantan itu dapat melakukan perkawinan dengan betina lainnya. Telur menetas setelah dua hari. Anak nila (burayak) yang baru menetas masih mengandung kantong kuning telur. Ukuran burayak yang baru menetas antara 0,9-1 mm. Burayak ini masih terus tinggal di dalam mulut induknya sampai 5-7 hari sampai kuning telurnya terserap habis. Setelah itu burayak mulai mencari makan diluar mulut induknya.
2.6.5 Pemanenan Benih
      Panen larva dilakukan setiap 10 hari sekali pada pagi hari. Tergantung luas kolam, penyurutan kolam dapat mulai disurutkan sehari sebelumnya. Penyurutan air kolam dilakukan pertama-tama sampai setengahnya.   Sebelum surut total, bak tempat panen larva perlu dibersihkan dari lumpur dengan cara membuka sumbat outlet kobakan. Penyurutan secara total dilakukan sampai air hanya tersisa pada kobakan saja. Induk dan larva akan berkumpul pada kobakan, dan segera di-lakukan pengambilan larva menggunakan scop net. Kemudian larva ditampung sementara dalam hapa ukuran 2m x 2m x 1m dengan mesh size 1,0mm.
      Proses pengambilan larva ini dapat dilakukan oleh dua orang. Pemungutan larva dilakukan secara total sampai bersih termasuk yang masih terdapat dalam sarang, dengan cara membongkar sarang dan mengarahkan larva ke kobakan. Sarang tempat pemijahan induk nila yang berbentuk bulat di dasar kolam perlu dihitung untuk menaksir jumlah induk yang memijah dan diratakan kembali. Ukuran larva yang dipanen ada dua ukuran. Untuk itu, perlu dilakukan sortasi menggunakan hapa mesh size 1,5mm. jumlah induk betina yang memijah se-banyak 30-40% dengan perolehan larva sebanyak 60.000-80.000 ekor/paket/10 hari. Larva ukuran kecil (9,0-13 mm) dapat digunakan untuk tujuan jantanisasi menggunakan pakan berhormon. Adapun larva ukuran besar dapat langsung didederkan dalam wadah pendederan.

DAFTAR HARGA IKAN VIOLET
JENIS IKAN UKURANHARGA (Rp)
GMT
(ANAKAN GESIT)
1-2 CM150
GMT
(ANAKAN GESIT)
2-3 CM250
GMT
(ANAKAN GESIT)
3-5 CM500
GMT
(ANAKAN GESIT)
5-7 CM1000
konsumsi nila gesit20 ekor perkilo16000

konsumsi nila gesit
15 ekor perkilo16000
konsumsi nila gesit10 ekor perkilo16000

Note : Siapa Cepat Dia Dapat. ( 0877-80341069)
 (Harga – harga yang tertera diatas belum termasuk ongkos kirim dan sewaktu waktu dapat berubah. Silahkan klik menu ORDER untuk keterangan lebih lanjut, terima kasih)